Bagian 1
Dengan kepalanya yang tertunduk dan mengurut dahi ...
dia berkata :“aku tak mengerti dengan yang kuhadapi, ...
masalah demi masalah datang bergiliran silih berganti ...
satu belumlah usai lainnya malah muncul menambahii"
"Bermacam cara sudah kulakukan sudah kukerjakan, ...
\ rupa-rupa ikhtiar sudah kutempuh sudah kujalankan, ....
doa-doa telah kubacakan munajat telah kupanjatkan, ...
apa hasilnya? seakanTuhan pun tak mendengarkan."
Seringkali seseorang mengalami masalah yang kompleks seakan-akan sulit menemukan jalan keluar dan pemecahan. Logika di dalam setiap kepanikan menyebabkan otak-fikiran tak bisa berperan. Penganalisaan masalah cenderung serampangan, diagnosa-diagnosa dilakukan dalam kondisi keterburu-buruan. Akibatnya kekeliruan-kekeliruan akan menjadi dasar pengambilan kesimpulan. Dimulai dari "mal praktek" penanganan diakhiri dengan "salah resep" penerapian.
Setiap permasalahan tidak datang secara terpisah sendirian atau independen. Masalah datang karena ditimbulkan dari masalah lain yang terjadi sebelumnya. Setiap persoalan bermata-rantai dan bersambung kepada historis-kronologisnya. Masalah e itu merupakan dampak masalah d, c, dan a. Karena itu penempuhan kilas balik kronologis-historis sabab-musabab permasalahan sangat membantu percepatan pemecahannya. Dengan cara itu akan ditemukan : 1) apa-apa saja yang terjadi pada masalah satu dan masalah yang lainnya, serta bagaimana saling keterpengaruhan terjadi di antara masalah-masalah; 2) bagaimana mindset dan perilaku orang dalam menghadapi masalah-masalah.
Dengan demikian akan ditemukan bahwa tidak hanya tentang bagaimana suatu masalah bisa terjadi dan pengaruhnya terhadap masalah berikutnya, akan tetapi, bahkan ini yang terpenting, bagaimana sikap seseorang menghadapi masalah. Boleh jadi bukan masalah-nya yang rumit, tapi orangnya yang rumit dalam menghadapi masalah. Bahkan sangat boleh jadi faktor orangnya-lah yang menimbulkan masalah. Pengalaman menunjukkan bahwa pada dasarnya, setiap permasalahan berawal dari "masalah orangnya" itu sendiri.
Demikian pula dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masing-masing diri. Langkah terpenting yang perlu dilakukan adalah melihat permasalahan yang terjadi di kedalaman diri sendiri. Langkah itu jauh lebih penting sebelum kita menghadapi masalah-masalah yang terjadi di luar diri. Pengalaman mengajarkan bahwa masalah-masalah yang terjadi di depan diri disebabkan oleh masalah-masalah di dalam-diri..
Melihat diri sendiri bukanlah dengan sekedar bercermin dan selfi karena itu hanya sebatas bentuk lahiriah diri. Tujuannya juga mungkin hanya untuk memperlihatkan diri agar di mata orang-orang kita diakui. Bukan pula dengan cara pemeriksaan radiologi agar bisa melihat dan mendeteksi citra organ anatomi yang hanya dilakukan saat menjalani medical-terapy..
Foto dan video selfi dimaksudkan agar kita dapat dilihat banyak orang, bahwa kita eksis. Seringkali kita berselfi demi mengumumkan keberhasilan, keseksesan, dan menunjukkan bahwa kita tidak bermasalah. Sebaliknya banyak juga yang berselfi ingin menunjukkan ke orang-orang bahwa dia sedang bermasalah. Suasana diri beraroma curhat, keresahan, dan kegalauan tersebar di status-status medsos agar diketahui banyak orang. Begitupun radiologi kita dijalani agar masalah (penyakit) dapat diinterpretasi dan diketahui oleh orang-orang (para ahli medis)..
Tapi permasalahan non-medis, persoalan batiniah, dan problem dalam diri kita sendir tak bisa diselesaikan dengan cara mengumumkan dan melibatkan banyak orang. Bahkan jangan berharap persoalan dalam-diri Anda dapat diselesaikan oleh orang-orang. Jangankan orang umum, orang-orang khusus pun seperti saudara dan keluarga belum tentu dapat membantu penyelesaian masalah kebatinan Anda.
Melakukan “scan diri" dalam makna lain memang sangat diperlukan. Penting untuk memulai melihat apa yang sedang terjadi di kedalaman diri sendiri. Langkah pertama adalah dengan berlatih menghadirkan diri seutuhnya tanpa intervensi pihak-pihak luar diri. Di depan Anda terdapat banyak masalah yang mengganggu. Anda menghadapi banyak problem di tataran permukaan lahiriah Anda. Tetapi pada dasarnya masalah-masalah di permukaan tersebut sebenarnya berkaitan dan berkelindan langsung dengan masalah-masalah di kedalaman diri Anda. Karenanya, melihat dan memeriksa masalah di kedalaman diri harus menjadi pekerjaan pertama dan utama. Setelah itu dilakukan berikutnya Anda menyikapi (dan akan dengan relatif mudah menyelesaikan) masalah-masalah di tataran lahiriah Anda.
Bersambung ke bagian 2 .........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar