Oh TUHAN Mahakuasa, aku percaya Engkau ADA
Meski "gambar"-Mu mustahil diurai kata dan logika,
tetapi hadir-MU menyata di mata-rasa, di sukma jiwa,
Di seantero realita ENGKAU menyerta dan berbicara
Kalbuku mengimani-Mu meski tidak memahami-Mu
Aku menyembah-Mu meski sesekali ragu menderaku ...
bagaimana kusembah Engkau tanpa memakrifati-Mu
Oh TUHAN Mahatahu, singkapkanlah tabir hijab diriku
Fir'aun yang mengklaim dirinya sebagai tuhan saja akhirnya mengakui keberadaan TUHAN saat dia sudah tidak berdaya samasekali. Boleh jadi, dia memang tidak menginsyafi keberadaan (kehadiran) Tuhan dalam dirinya ketika dia menyombongkan diri. Sebaliknya ketika dia (dan manusia pada umumnya) mengalami ketidakberdayaan dan sangat butuh pertolongan, hal itu cenderung mengubah perasaan untuk mengakui (karena mengharapkan pertolongan) Tuhan.
Dalam kegembiraan yang berlebihan, dalam kesenangan yang melalaikan, dan dalam kekuasaan yang membawa kesombongan seringkali manusia terjebak pada lupa diri sendiri dan keberadaan Tuhan. Kesombongan yang sedikit saja bisa menjadikan manusia merasa paling segalanya, lantas bagaimana Tuhan bisa hadir di dalam hatinya.
Begitupun ketika keragu-raguan kecil yang dibiarkan, lama-lama menjadi besar dan mengakibatkan hati tertutup untuk mempercayai (terlebih mengikuti petunjuk) Tuhan.
Sifat rendah hati, ketulusan, dan perasaan tidak berdaya-upaya kecuali atas pertolongan Tuhan akan menguatkan seseorang untuk merasakan keberadaan Tuhan dan kuasa pertolongan-Nya.
Bersambung .........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar