Kontekstualisasi Makna ILAAH
ILAAH menurut pandangan umum kaum Muslim diartikan
sebagai TUHAN. Tapi di banyak ayatnya al Quran pun menggunakan kata lain (bukan
kata ILAAH) yang juga diartikan TUHAN. MIsalnya kata Rabb dalam kalimat
Rabbul’aalamiin (Tuhan semesta alam), Rabbunnaas (Tuhan manusia),
Rabbul-falaq (Tuhan penguasa subuh), Rabbul-masyriki wal-maghribi
(Tuhan penguasa timur dan barat), dan Rabbus-samaawaati wal ardh (Tuhan
langit dan bumi).
Pada kalimat “Tiada ILAAH kecuali ALLAH”,
bolehkah dirubah menjadi “Tiada ALLAH kecuali ILAAH”, atau “Tiada
ALLAH kecuali ALLAH”, atau “Tiada ILAAH kecuali ILAAH”,
atau “Tiada ILAAH kecuali RABB”, atau “ “Tiada RABB kecuali ALLAH”?
Ada pandangan pemahaman bahwa ALLAH dimaknakan
sebagai TUHAN yang meliputi dan berhubungan dengan seluruh makhluk-Nya terlepas
apakah makhluk-makhluknya secara sadar dan aktif berhubungan dengan DIA atau
tidak. Lafazh ALLAH merupakan kata tunggal yang tidak memiliki jamaknya.
Kata RABB adalah kata tunggal yang
memiliki jamaknya (ARBAAB). Al-Quran sering sekali menggunakan kata RABB
yang maknanya TUHAN yang sama (ALLAH) yang dzat-Nya itu meliputi dan berhubungan
dengan seluruh makhluk-Nya terlepas apakah makhluk-makhluknya (secara sadar aktif)
berhubungan dengan DIA atau tidak.
Akan tetapi lafazh ILAAH yang meskipun
memiliki kata jamaknya (AALIHAH) dan dimaknakan TUHAN, namun ditambah dengan kehususan makna tambahan bahwa ILAAH berati TUHAN
yang dihubungi secara sadar dan aktif oleh manusia. Di dalam al Quran penulis belum
pernah menemukan kata ILAAH yang konteksnya dihubungkan dengan makhluk non
manusia.
Konteks-konteks pembahasan ILAAH di dalam al Quran berkenaan dengan a) penuhanan manusia kepada TUHAN; b) penuhanan
manusia kepada hawa nafsunya; c) penuhanan manusia kepada sesamanya; dan d)
penuhanan manusia kepada benda yang dianggap berkekuatan magis (animism,
dinamisme, leluhur, dan kepercayaan spiritualisme lainnya). Intinya bahwa pelaku-pelaku penuhanan tersebut adalah manusia.
Penggunaan lafazh ILAAH di dalam kalimat
syahadat memang cukup unik untuk kita renungi. Di satu sisi syahadat uluhiyyah
ini menjadi bacaan pokok pada amaliah mahdhoh umat Islam, dan di
sisi lainnya syahadat uluhiyyah ini pun dijadikan kalimat baiat seseorang untuk "ber-Islam".
Pada tulisan berikutnya akan disampaikan satu
persatu di antara makna-makna kontekstual ILAAH berdasarkan indicator-indikator
keterangan dalam al Quran yang menurut pandangan penulis signifikan.
Bersambung ………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar