Bagian 1
Wahai diri, kepadaku
kamu bilang …
sadar diri bukan
khayal angan-angan …
yang hanya membuat
kamu mengambang.
Bangunlah rasa
percaya diri perjuangkan iman …
agar kamu tak
terjebak hidup hanya jadi korban ikut-ikutan …
ramainya kebanyakan
orang tanpa dasar keilmuan dan pendirian.
detik menit jam-mu tidak
henti-hentinya bergerak dinamis, …
waktumu terus berkurang,
menyusut, menghabis
Percayailah dirimu
sendiri berfikirlah optimis …
tanpa sombongkan diri
bagai perilaku iblis …
rendahkanlah hatimu
tanpa pesimis..
Rasa percaya diri sangatlah diperlukan. Percaya diri bisa berarti diri yang mempercayai, atau diri yang dipercayai. Berbicara soal diri berarti berbicara soal bagian dalam jiwa kita. Kepercayaan pun datangnya dari bagian dalam diri, bukan dari luar diri. Anda tidak bisa memesan dan mentransfer “rasa percaya diri” dari orang lain. Untuk memahami bagaimana “kepercayaan diri” dibangun, kita dapat belajar dari sosok figur Nabi Muhammad saw yang berpribadi super-percaya-diri.
Melihat perselisihan kaum Quraisy soal siapa tokoh yang paling berhak meletakkan kembali “Batu Hitam” yang dimulyakan, salahseorang sesepuh Banu Makhzum, Abu Umayya bin Al-Mughira berusul, “Serahkanlah urusan kalian pada orang yang paling awal memasuki pintu Shafa ini…!” Besoknya kaum Quraisy pun tahu dan sepakat bahwa orang yang pertama memasuki pintu shafa itu Muhammad, mereka pun berseru : “Inilah dia al-Amin, kami dapat menerima apapun keputusannya.”
Muhammad ialah orang yang terpercaya dan sangat dipercaya. Beliau dipercayai karena kejujurannya yang diakui oleh semua orang. Kejujuran sudah menjadi personal branding Muhammad, dan karenanya beliau dijuluki al-Amin. Muhammad sang al-Amin mulya sudah menjadi figur idola, masyarakat jauh sebelum kerasulannya.
Predikat jujur Muhammad saw bukanlah hadiah gratis, namun sebagai hasil dari upaya-upaya gigih perjuangan diri beliau. Fakta-fakta sejarah menunjukkan bahwa kejujuran beliau itu laksana merk produksi. Julukan al-Amin sebagai hasil produk, dan Muhammad sebagai produsennya.
Ternyata pembentuk utama
kejujuran Muhammad saw dipilari oleh pendirian beliau yang amat kokoh. Muhammad saw telah menunjukkan bahwa keteguhan pendirian akan melahirkan kejujuran, kejujuran menghasilkan keberanian, dan
keberanian menumbuhkan percaya diri. Beliau membuktikan,pribadi
unggul, terbentuk dari konsistensi teguh pendirian - kejujuran - keberanian
jiwa - percaya diri.
Percaya diri = Prinsip Kuat + Jujur + Berani
Bersambung ke bagian
2 ………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar