Bagian 2
Pada bagian 1 disebutkan
bahwa pribadi unggul Nabi Muhammad saw dibangun oleh kekuatan: “keteguhan pendirian – kejujuran – keberanian – percaya diri”. Kepribadian
unggulnya ini beliau terapkan pada aktivitas keseharian di sepanjang hidupnya bersama
para sahabat tercintanya.
Saat berniaga, beliau percaya kepada dirinya bahwa keuntungan kualitatif hanya dapat diraih melalui sistem transparansi. Gagasan bisnis dagang seperti itu bukanlah sesuatu yang mudah direalisir. Kultur dan prinsip pasar di masa itu amat kontradiktif dengan ide Muhammad tersebut. Bahkan para peniaga sukses di zaman itu memandang prinsip dagang Muhammad tersebut sebagi prinsip dagang yang konyol. Menurut mereka, rasio jual beli harus didasarkan pada standar menekan harga beli serendah-rendahnya dan memark-up harga jual setinggi-tingginya. Prinsip Jual-beli adalah meraup keuntungan sebesar-besarnya dan menghindari kerugian sekecil-kecilnya.
Andaikan Muhammad saw tak memiliki kepercayaan diri “tingkat tinggi”, mustahil prinsip “aneh” bisnisnya itu dijalankannya. Namun beliau tidaklah seperti itu. Di tengah-tengah tantangan pasar seperti itu beliau yakin, percaya diri, tidak ragu, dan penuh keberanian untuk mempraktekkan ide dagangnya itu. Dengan optimistis, dan tidak pesimistis, tanpa takut rugi atau merugikan bisnisnya, prinsip transparansi niaga itu ditempuhnya. Ternyata hasilnya lebih profitable dari prinsip dagang konvensional. Melalui Muhammad, Siti Khadijah memperoleh keuntungan berlipat. Terbukti kepercayaan diri Muhammad berhasil menepis kekhawatiran dan komentar-komentar miring para niagawan di zaman itu.
Bukti lain super percaya diri Muhammad saw juga ditunjukkan melalui keteguhan pendirian beliau yang tidak umum. Muhammad bukan tipe orang yang tertarik pada trend. Di tengah-tengah mayoritas masyarakat yang cenderung ikut bagaimana ramainya, Muhammad lebih tertarik untuk merintis prinsipnya sendiri dengan penuh percaya diri dan berani.
Semenjak kecil jiwa pembaharu-nya memang sudah tumbuh. Kondisi sosio-culture Mekah, “yang super kacau”, di masa jahiliyah pun telah melatarbelakangi protes-protes batin beliau untuk berfikir keras mencari solusi-solusinya. Keteguhan beliau dalam berfikir dan berkon-templasi pun semakin memperkuat semangat pribadinya yang reformatif.
Sejarah membuktikan bahwa konsep-konsep pemikiran dan, kontemplasi Muhammad saw telah mengasah, kemampuan dirinya dalam “membaca-diri”. Konsistensi beliau dalam keteguhan pendirian – kejujuran – keberanian – percaya diri yang beliau pertahankan selama puluhan tahun akhirnya mengantarkan beliau ke puncak kewahyuan. Bersama bimbingan kewahyuan Nabi Muhammad saw semakin kokoh berjuang demi dakwahnya.
Pribadi unggul super percaya diri Nabi Muhammad saw dibuktikan pula oleh kekuatan mental beliau menghadapi ujian-ujian yang sangat berat. Prinsip-prinsip diri beliau yang sebelumnya dipegang sebatas pribadi, kini menjadi bagian dari risalahnya. Tantangan-demi tantangan, resiiko demi resiko, dan perlawanan demi perlawanan yang dilancarkan para musuh kebenaran setiap harinya beliau alami. Begitupun dengan para sahabat didikan beliau yang perkasa dalam melewati kesulitan demi kesulitan. Kepercayaan diri yang tinggi para sahabat ini juga ditumbuhkan oleh keimanan (prinsip) mereka yang teguh, sifat jujur mereka yang terjaga, dan keberanian mereka yang tangguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar