Minggu, 25 Oktober 2020

Scan Diri Anda

Scan Keyakinan Diri 

Melakukan scan diri yang paling pertama dan utama adalah dengan memulai memeriksa “keyakinan” diri, sebelum yang lainnya. Memeriksa keyakinan diri harus didahulukan dan tidak bisa dinomorduakan.

Pemeriksaan terhadap keyakinan diri dimaksudkan untuk mengetahui apakah keyakinan diri berfungsi? Maaf, buat apa keyakinan diri jika tak berfungsi?. Sebaliknya, apakah mungkin seseorang bisa melanjutkan hidupnya tanpa keyakinan? Premis-premis dialektikal ini semakin menguatkan pentingnya keyakinan,, dan tidak berfungsinya keyakinan merupakan persoalan patal, sekaligus menjadi pemicu terjadinya permasalahan-permasalahan yang lebih banyak lagi.

Setiap orang pasti punya keyakinan, bahkan orang-orang yang mengaku tidak punya keyakinan sekalipun sebenarnya mereka berkeyakinan. Mereka yakin dengan ketidakyakinan mereka. Artinya yang punya keyakinan dan yang mengaku tidak berkeyakinan sama saja, semuanya sama-sama punya keyakinan.

Betapa pentingnya mensyukuri dan menjaga keyakinan yang merupakan bagian terpenting dalam diri dan perjalanan hidup manusia, siapapun dan dimanapun, terlepas dari perbedaan keyakinan antara satu orang dengan lainnya. Keyakinan laksana pondasi pijakan, tiang sandaran, starter pemberangkatan, dan pegangan di sepanjang perjalanan. Manusia membutuhkan ideologi, prinsip, iman, aqidah, kepercayaan, pendirian, fundamen, dan istilah-istilah lainnya yang semakna.

Ada keyakinan yang sifatnya primordial-tradisional dan ada yang bersifat konsepsional. Keyakinan yang bersifat primordial-tradisional ialah keyakinan bawaan seseorang sejak dilahirkan dimana keyakinannya dibentuk tradisi di lingkungannya. Sedangkan keyakinan konsepsional dihasilkan melalui pemikiran, kritisisme, pencarian, dan konsepsi-konsepsi. Keyakinan seperti ini ditenpuh dan dipegang para ahli filsafat.  Boleh jadi para ahli filsafat itu berawal dari keyakinan primordial-tradisional juga, tetapi batin dan intelektualisme mereka memberontak tidak puas dengan keyakinan tradisional, dan kemudian berusaha mencari keyakinan baru yang bisa lebih meyakinkannya.

Ada juga para pencari kebenaran yang dari usia muda mereka sudah tidak setuju (tidak ikut-ikutan) pada keyakinan tradisional di masyarakatnya.  Kritisisme batin dan pemikiran mereka mengingkari keyakinan tradisional yang ada di masyarakatnya. Lantas mereka melakukan pencarian kebenaran melalui disiplin jiwa yang sangat berat berupa kontemplasi, meditasi, puasa, dan sejenisnya. Upaya batiniah itu mereka jalankan hingga datang kebenaran berdasarkan kewahyuan. Pencarian keyakinan model ini ditempuh oleh para nabi dan rasul. dan mayoritas umat manusia mempercaya mereka sebagai para pembawa keyakinan universal.

Begitu rumitnya keyakinan, sehingga jika tidak disyukuri, dikuatkan, dijaga, diperankan, dan difungsikan amat sangat disayangkan. Buat apa keyakinan yang tidak berfungsi? Atau apakah Anda akan memaksakan keyakinan yang rusak, kekurang-yakinan, ketidak-yakinan, atau bahkan keragu-raguan untuk memecahkan masalah-masalah Anda? Atau apakah Anda akan melanjutkan hidup dengan memaksakan ketidakpastian yang terus-menerus?

Mari syukuri dan maksimalkan keyakinan, jangan sia-siakan.

Bersambung .........

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur