Scan Keyakinan Diri
Melakukan scan diri yang paling pertama dan utama
adalah dengan memulai memeriksa “keyakinan” diri, sebelum yang lainnya. Memeriksa
keyakinan diri harus didahulukan dan tidak bisa dinomorduakan.
Pemeriksaan terhadap keyakinan diri dimaksudkan
untuk mengetahui apakah keyakinan diri berfungsi? Maaf, buat apa keyakinan diri
jika tak berfungsi?. Sebaliknya, apakah mungkin seseorang bisa melanjutkan
hidupnya tanpa keyakinan? Premis-premis dialektikal ini semakin menguatkan pentingnya
keyakinan,, dan tidak berfungsinya keyakinan merupakan persoalan patal, sekaligus
menjadi pemicu terjadinya permasalahan-permasalahan yang lebih banyak lagi.
Setiap orang pasti punya keyakinan, bahkan orang-orang
yang mengaku tidak punya keyakinan sekalipun sebenarnya mereka berkeyakinan. Mereka
yakin dengan ketidakyakinan mereka. Artinya yang punya keyakinan dan yang
mengaku tidak berkeyakinan sama saja, semuanya sama-sama punya keyakinan.
Betapa pentingnya mensyukuri dan menjaga keyakinan
yang merupakan bagian terpenting dalam diri dan perjalanan hidup manusia,
siapapun dan dimanapun, terlepas dari perbedaan keyakinan antara satu orang
dengan lainnya. Keyakinan laksana pondasi pijakan, tiang sandaran, starter pemberangkatan,
dan pegangan di sepanjang perjalanan. Manusia membutuhkan ideologi, prinsip, iman,
aqidah, kepercayaan, pendirian, fundamen, dan istilah-istilah lainnya yang
semakna.
Ada keyakinan yang sifatnya primordial-tradisional
dan ada yang bersifat konsepsional. Keyakinan yang bersifat
primordial-tradisional ialah keyakinan bawaan seseorang sejak dilahirkan dimana
keyakinannya dibentuk tradisi di lingkungannya. Sedangkan keyakinan konsepsional
dihasilkan melalui pemikiran, kritisisme, pencarian, dan konsepsi-konsepsi.
Keyakinan seperti ini ditenpuh dan dipegang para ahli filsafat. Boleh jadi para ahli filsafat itu berawal dari
keyakinan primordial-tradisional juga, tetapi batin dan intelektualisme mereka
memberontak tidak puas dengan keyakinan tradisional, dan kemudian berusaha mencari
keyakinan baru yang bisa lebih meyakinkannya.
Ada juga para pencari kebenaran yang dari usia muda
mereka sudah tidak setuju (tidak ikut-ikutan) pada keyakinan tradisional di masyarakatnya.
Kritisisme batin dan pemikiran mereka mengingkari
keyakinan tradisional yang ada di masyarakatnya. Lantas mereka melakukan pencarian kebenaran melalui disiplin jiwa yang sangat berat berupa kontemplasi,
meditasi, puasa, dan sejenisnya. Upaya batiniah itu mereka jalankan hingga datang
kebenaran berdasarkan kewahyuan. Pencarian keyakinan model ini ditempuh oleh
para nabi dan rasul. dan mayoritas umat manusia mempercaya mereka sebagai para
pembawa keyakinan universal.
Begitu rumitnya keyakinan, sehingga jika tidak disyukuri,
dikuatkan, dijaga, diperankan, dan difungsikan amat sangat disayangkan. Buat
apa keyakinan yang tidak berfungsi? Atau apakah Anda akan memaksakan keyakinan
yang rusak, kekurang-yakinan, ketidak-yakinan, atau bahkan keragu-raguan untuk
memecahkan masalah-masalah Anda? Atau apakah Anda akan melanjutkan hidup dengan memaksakan
ketidakpastian yang terus-menerus?
Mari syukuri dan maksimalkan keyakinan, jangan
sia-siakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar