Rabu, 28 Oktober 2020

Para Nabi Ber- إِلَهٌ Yang Sama

Seluruh Nabi dan Rasul Sepakat

Sebagaimana penegasan Allah bahwa “Dia bersaksi, tiada إِلَهٌ (Ilaah) selain Dia”, dan para malaikat bersama para ahli ilmu penegak keadilan bersaksi demikian, maka para nabi dan rasul pun sama-sama menguatkan hal itu. Tidak ada perbedaan di antara para nabi dan rasul soal keesaan إِلَهٌ ini. Seluruh utusan Tuhan dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw, tanpa kecuali, semuanya sama, mereka menyeru kaum dan umatnya agar hanya ber- إِلَهٌ kepada Dzat Yang Maha Esa saja.

Nabi Adam, Idris, Nuh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Hud, Shaleh, Syu’aib, Musa, dan seterusnya sampai Nabi Muhammad saw, termasuk puluhan ribu Nabi dan/atau Rasul dari setiap penjuru dunia, mereka adalah para tokoh tauhid. Tidak ada perselisihan pemahaman dan misi ketuhanan di antara mereka, dan al Quran melarang kita, jangan sampai membeda-bedakan mereka.

Terjadinya perbedaan perselisihan faham di kalangan umat (pengikut) lebih dikarenakan keterbatasan para pengikut itu sendiri dalam menyelami keuniversalan ajaran para nabi dan rasul tersebut. Meskipun begitu, banyak juga dari kalangan kaum dan umat, tokoh-tokoh arif bijaksana yang tidak mau terseret oleh perselisihan dan perbedaan, sebaliknya mereka memiliki spirit kuat untuk mempersatukan.

Kalangan ahli filsafat-bijak juga membenarkan misi-misi tauhid para nabi dan rasul tersebut. Tidak hanya itu, bahkan di antara filosof Muslim banyak yang memandang tokoh seperti Thales (624 – 546 SM), Sidharta Gautama (563 – 483 SM), Confusius (551 – 479 SM), Socrates (469 – 399 SM), Plato (427 – 348 SM), Aristoteles (384 – 322 SM),  dan lainnya yang seperti mereka sebagai nabi atau rasul juga.

Sebaliknya kita cukup prihatin dengan para tokoh yang mengklaim diri sebagai pemikir modern tapi masih membeda-bedakan ajaran para nabi dan rasul, bahkan memecah-belah umat manusia.

Umat Islam mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw serta membenarkan para nabi/rasul, dan kitab-kitab sebelumnya. Al Quran melarang manusia membeda-bedakan para nabi/rasul yang sama-sama menyeru: اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُه  , “sembahlah Allah, tiada ILAAH bagimu selain DIA”

Memang tidaklah cukup hanya dengan kepintaran otak dan kerasnya berfikir untuk dapat memahami ajaran-ajaran para nabi dan rasul itu. Bagaimana mungkin kita dapat memahami keuniversalan ajaran mereka dengan hanya pendapat fikiran saja, sedangkan mereka (nabi dan rasul itu) menerima risalah melalui jalan kontemplasi, takhannuts, uzlah, tadabbur, taqarrub, bertapa, shaum, tadzakkur, dan ritual-ritual lainnya yang teramat berat.

Barangkali dengan menempuh kontemplasi, tadabbur, tadzakkur, taqarrub, dan ritual-ritual ketaatan (syariyyah), dan juga dengan tetap berfikir keras, sedikit-sedikit kita akan mampu memahami sebagian dari ajaran-ajaran keuniversalan para nabi dan rasul.

Keika anak-anak Ya’kub ditanya “siapakah yang akan kalian sembah sepeninggalku?”, maka mereka menjawab  : نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ,.”kami hanya akan menyembah Ilaah-mu dan Ilaah lelihurmu Ibrahim-Ismail- Ishaq, yakni Ilaah Maha Esa, dan kami berserah diri kepada-Nya”.

Bersambung ..........

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur