Sabtu, 31 Oktober 2020

Bedanya Aku di Sini dan di Sana

Aku     : “Siapakah aku? “
Diriku : “dirimu”
Aku     : “Maksudnya diriku?”
Diriku  : “Bukan selainmu”
Aku     : “Lho, siapa kamu”
Diriku  : “Dirimu”
Aku     : “Yang kutanaya kamu”
Diriku  : “Kamu”
Aku     : “Yang menjawabku?
Diriku  : “Dirimu”


 ·    Bisikan pertanyaan  tentang “siapa 
     aku?” mungkin terbersit  di  benak       setiap  orang

Tanyalah sahabat terdekat siapa sebenarnya elo. Pasti dia ngeja-wab seenak versinya. Itu karena dia lebih ngukur casing elo, bukan daleman elo. Pada ending-nya elo akan gak sreg dan gak puas ama jawabannya itu. Sebetulnya saha-bat elo pun sama lagi belepotan mencari jawaban “siapa aku”.

 

·      Begitu jelasnya segala ketidakjela-san “di sini”, dan  memang  begitu-lah sifat aslinya dunia ini.

·     "siapa aku?” tetap butuh jawaban

Sebenarnya manusia itu “satu” sebagaimana asalnya. Manusia satu, cuman temen-temennya aja yang banyak. Betul manusia satu karena dia bersumber dari diri (nafs) yang satu

Secara emosional manusia memiliki satu perasaan universal : cinta, kasih, suka, rindu, gembira, sedih, marah, benci, tenang, takut, dan seterusnya. Secara kognitional manusia satu dalam pemilikan potensi intelegensinya : bertanya, berfikir, meneliti, mencari jawaban, dan seterusnya. Secara naluri sosial, manusia satu dalam tabiat alamiahnya untuk berinteraksi sosial. Begitupun secara genetikal biologisnya manusia satu dan karenanya semua orang disebut anak Adam.

Jika berangkat dari satu kesamaan alamiah tersebut, sepatutnya setiap kita lebih terinspirasi untuk menguatkan spirit bersaudara bukan semangat bermusuhan, mempersatukan bukan memecah-belah, saling mengasihi bukan saling membenci, dan lebih menjalin kebersamaan bukan memaksakan persaingan yang saling menjatuhkan.

Lalu apa jawaban “siapa aku”.  Hadduuh sebentar, penulis bingung, tadinya sich pengen ngalihin permbicaraan. 

Apabila “siapa aku?” ditanyakan saat ini dan di sini, maka jawabannya akan bersifat temporal dan situasional. Tabiat dunia ini kan begitu, relatif dan subyektif, gak ada kebenaran absolut. Sebaliknya apabila “siapa aku?” ditanyakan “di sana”, setelah Anda wafat, jawabannya akan berbeda lagi.

Di dunia ini, “siapa”-nya seseorang diukur oleh bermacam-macam parameter, di antaranya ::

a.   Anda menurut penilaian orang lain atau masyarakat umum:

Dari parameter ini “siapa Anda?” akan memunculkan jawaban yang beragam tergantung orang menyebut Anda siapa. Bisa jadi seseorang menyebut Anda “si kaya” karena melihat rumah besar dan mobil mewah Anda. Sedangkan karib Anda menyebut Anda “si bingung” karena Anda sering curhat sama dia soal biaya sewa rumah dan rental mobil yang belum terbayar

 

Setiap orang akan berbeda menyebut “siapa Anda” tergantug dari angel mana mereka memotret Anda. Ada yang menilai Anda dari parameter nama, keturunan, harta, jabatan, profesi, isteri atau suami, pendidikan, relationship, perilaku, gosip di medsos, obrolan di wa-rung, dan sebagainya.

 

b.    Anda menurut penilaian Anda sendiri

Dari parameter ini, jawaban “siapa Anda” terserah kepada pilihan Anda sendiri, bebas dech.

Jawaban orang tentang Anda bisa jadi tidak sejalan dengan jawaban Anda sendiri. Jawaban Anda pun tidak bisa dipaksakan agar orang lain sependapat dengan Anda. Ya, memang beginilah dunia ini. Pertanyaan “Siapa aku?” pun bukannya mendatangkan jawaban pasti, melainkan malah menambah pertanyaan-pertanyaan baru lagi.

Apakah rahasia “siapa aku?” hanya akan diperoleh “di sana”, setelah kewafatan? Jawabannya ya. Setelah wafat, jawaban siapa aku secara pasti akan ditemukan. Itulah pentingnya wafat, dan silahkan kalo mau duluan. 


Untuk kita renungi bersama :

"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikannya, dan menjumpai hasil dari kejahatannya (dia tahu siapa dirinya), dia berkhayal seandainya antara ia dengan hari itu masih ada masa (kesempatan) yang jauh (untuk bertaubat); ..."

"... dan apabila kuburan-kuburan telah dibukakan, maka tiap-tiap diri akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya (dia mengetahui siapa dirinya)."

"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dikeluarkan apa yang dari dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka (siapa diri mereka sebenarnya)."

Bersambung .........


 


Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur