Senin, 09 November 2020

Marahnya Partai Syetan

Oleh : Goensastra

Marah merupakan salahsatu pintu masuknya politisasi syetan dalam mengoda manusia. Syetan pun berpolitik untuk terus menjerumuskan manusia. Anekaragam rekayasa dan siasat diraciknya.

"Marah itu sebagian dari  karakter syetan", demikian sabda Nabi saw. Logis, jika ciri terkuat para pengikut partai syetan memang para pemarah itu sendiri. Marah dalam arti ghadhab yang bernilai negatif seperti sombong, mencaci, ambisi jabatan, egoisme, fanatik golongan, fanatik kekuasaan, dsb. Para peng-aksi marah-negatif inilah yang menjadi pengikut partai syetan. Action marah-negatif hanya akan menghasilkan akibat negatif pula.

Kalimat "hizbuz syaithon" dalam al-Quran yang salahsatu maknanya "partai syetan" bukan berarti partai politik. Tidak selalu setiap mendengar kata "partai", kita mengkonotasikannya dengan politik. Kecuali jika kita berfikiran sesempit itu, atau karena kita sedikit-sedikit sensi -- duch sensi kok sedikit-sedikit -- disebabkan "kepentingan", na'udzu billah.

Makna "partai" di sini lebih ke sifat atau karakter. Sedikit-sedikit marah, jika marahnya keseringan, marah pun jadi banyak  dan membuahkan marah besar. Para pengikut partai syetan maksudnya  para pengikut karakter-karakter syetan yang ingin menjadikan manusia, awalnya menjadi pemarah dulu lah, yang lama-lama keseringan marah, otomatis menempel pula sifat-sifat ghadhab lainnya : sombong, memusuhi, merasa benar sendiri, ambisi kekuasaan, fanatisme kekubuan, dsb. yang berintikan multi-karakter syetan dan berseberangan dengan karakter"Partai Allah".

Marah memuat daya rusak sangat dahsyat. Akal  sehat saja bisa menjadi sakit dan tidak berfungsi akibat dominasi marah.

Perhatikanlah, misalnya pada tayangan acara debat-debat di televisi. Jika salahseorang narasumber intelektual marah, maka intelektualitasnya menjadi kabur. Karena marah, ia menjadi seperti bodoh. Di sisi lain, boleh jadi, jika sang narasumber tertentu memang bodoh, minim referensi dan wawasan, maka tidak ada jalan lain lagi, yang mungkin, hanya kemarahanlah argumennya itu.

Mungkin sebagian kalangan merasa kurang sreg dengan adanya acara-acara debat di televisi yang para narasumbernya dinilai tidak seimbang.  Narasumber yang dinilai kapabel berhadapan dengan narasumber yang dinilai tidak kapabel. Yang  argumentatif dengan yang asal-asalan tanpa ilmu. Yang bicara logis dengan yang bisanya sekedar marah-marah. Yang berwawasan luas dan dewasa dengan yang berkarakter ingin menang sendiri, ngamuk-ngamuk, kasar, dan kekanak-kanakan.

No problem, justru di situlah terkandung hikmah bagi penyimak (masyarakat) Indonesia khususnya. Di tahun politik ini, mana yang terbaik dan berdasar untuk bisa diikuti, dan mana yang terburuk penuh kemarahan untuk bisa dijauhi. Tentu, karena yang terbaik bukanlah yang didominasi para tokoh pemarah. Karena marah adalah sebagian hawa syetan.

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur