Renungan Menjelang Hari Pahlawan
Tuntun Rakyat Menuju Kedamaian
Banyak sekali beban masalah yang
sedang menindih dan dihadapi bangsa Indonesia
hari ini. Problem ekonomi yang boleh jadi mengarah pada terjadinya resesi, kemampuan daya beli masyarakat yang kian
menurun, problem pandemi covid-19 yang belum diketahui kapan berakhir,
gejolak-gejolak protes masyarakat atas kebijakan-kebijakan pemerintah, dan
seabrek masalah lainnya. Di tengah beban-beban masalah kompleks tersebut, “percekcokan”
antar sesama anak bangsa masih sering jadi tontonan.
Beban-beban masalah bukanlah alasan
untuk berputus asa, berhenti berjuang, apalagi terus-menerus saling menyalahkan.
Justru, semua imasalah seharusnya diperlakukan sebagai sarana penguatan mental untuk
lebih keras berfikir dan bekerja. Tentu, memecahkan masalah berskala negara
tidaklah sederhana. Problem-problem di berbagai sektornya demikian kompleks nyaris
tak terbayangkan.
Pada dasarnya masalah hanyalah obyek,
dan obyek tidak akan tahu apakah dia bermasalah atau tidak. Dengan kata
lain bahwa pemecahan masalah bukan berada di obyek, tetapi berada di
tangan subjek, dan subjek adalah orang (manusia). Apa yang paling penting bagi
subjek dalam memecahkan masalah? Jawabannya adalah ketenangan.
Beban-beban bangsa Indonesia
perlu dihadapi dengan ketenangan. Semua komponen anak bangsa perlu me-refresh
fikirannya, menarik nafas dalam-dalam, dan melakukan cooling down. Semua
masalah akan terlihat lebih objektif, realistis, dan solusianya akan terbaca
lebih rasional jika si pemecah masalah (yang manusia itu) dalam keadaan tenang.
Dalam upaya “menenangkan diri”-nya
itu, putera-puteri Negeri Ibu Pertiwi perlu
memulainya dengan jalan menurunkan ketegangan syaraf dan ototnya akibat “pertengkaran”
cukup panjang antar-saudara sebangsa dan setanah airnya. Semua pihak sepatutnya
segera berhenti “berseteru” demi kepentingan bangsa dan negaranya. Di antaranya
dengan :
1.
Menahan Marah
Berhenti mengikuti kemarahan adalah langkah paling dewasa dari orang-orang dewasa. Jika tidak, berarti kedewasaannya itu hoaks. Terutama para tokoh bangsa yang sering hadir di statsiun-statsiun TV baik dari pihak oposisi maupun juru bicara pemerintah, mohon berhentilah mempertontonkan gesture-gestur kemarahan, pertengkaran, dan kesan saling menjatuhkan. Biasanya di tengah kemarahan akal pun hilang. Ekspresi-ekspresi kemarahan yang rutin dipertontonkan para pemimpin hanya akan membuat masyarakat tidak tenang dan ditimpa keresahan.
2.
Mengendalikan Lisan
Ucapan bisa jadi penyejuk di tengah gerahnya jiwa, penawar hati di tengah keresahan, motivasi harapan dan semangat di tengah keputus-asaan, dan bisa menjadi pendamai di tengah orang-orang yang sedang bertengkar. “Keselamatan seseorang berada pada penjagaan lisannya”, dan itulah yang patut dipercontohkan para tokoh bangsa ini, yakni menanamkan ketenangan di masyarakat.
3.
Tidak Mengumbar Aib Orang
Saling mengoreksi untuk perbaikan kinerja memang keharusan selama itu dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat. Akan tetapi di ruang publik harus ada batasan, jangan sampai berkesan saling membuka aib dan saling menjatuhkan. Hal itu membuat masyarakat tidak tenang.
4.
Hentikan Merasa Benar
Sendiri
Menganggap diri (pihaknya) paling benar dan pihak lawan dipandang sebagai pelaku-pelaku kesalahan adalah bagian dari sikap orang yang keterlaluan. Jangan menyeret-nyeret masyarakat pada jurang keterpolarisasian dan saling bermusuhan. Rakyat perlu kebersamaan dan kesejukan.
5.
Tidak Menyebar Hoaks
Hoaks adalah fitnah yang akan memakan si pelakunya, cepat atau lambat. Baik lisan maupun tulisan yang dimaksudkan memfitnah dan mengarang-ngarang hanya akan menimbulkan kekacauan-dan keresahan. Sedangkan rakyat perlu kedamaian dan ketenangan.
6.
Perlunya Tokoh-tokoh Juru
Damai
Di Negara kita punya banyak tokoh bangsa yang sudah mapan
dalam menengahi percekcokan, perselisihan, dan persetruan kekubuan. Kepada
mereka bisa dimohon untuk segera turun ke lapangan mendamaikan dan mengakurkan.
Tayangan-tayangan TV yang mempertontonkan acara-acara meng-ishlah-kan ini akan sangat
menguatkan ketenangan di masyarakat, mendidik kedewasaan bersikap dan
berpendapat, dan menjadi tontonan bermartabat yang bermuatan tuntunan-tuntunan.
Hanya dengan ketenangan,
masalah-masalah yang dihadapi bisa dipecahkan untuk lebih menghasilkan
kebaikan-kebaikan dalam kehidupan kebangsaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar