Sabtu, 14 November 2020

Topeng Sang Kepentingan

Tuntutan Bertopeng Tuntunan 
Penyamaran Sang Kepentingan

Bermula demi isi perut, lama-lama bermetamorfosa kepada demi tuntutan-tuntutan yang sangat banyak. Si “perut” memang ajaib, konsumsi biologis tak mampu memuaskannya. Lapar-haus biologisnya bisa berubah menjadi lapar-hausnya tabiat : lapar belanja, lapar berselfi, haus status, dan dahaga pujian. “Itu tuntutan” katanya, tuntutan zaman, tuntutan harga diri, tuntutan pofesi, tuntutan karir, tuntutan hobi, tuntutan kemewahan, tuntutan popularitas, hingga tuntutan politik dan kekuasaan.

Demi tuntutan, tak sedikit manusia terjebak kepada rutinitas yang monoton. Hidup bergulir di seputar mencari uang – pulang – tidur hiburan – liburan. Ratusan tuntutan menyeret manusia ke siklus berjalan tanpa melangkah.

Tuntutan-tuntutan si “tubuh daging” nyaris mengendalikan manusia dan menggeser  tuntunan-tuntunan.  Bahkan seringkali tuntutan-tuntutan beraksi di balik topeng tuntunan-tuntunan. Begitu piawainya tuntutan-tuntutan mengambil pemanfaatan.

Demi tuntutan-tuntutan, manusia memandang sesamanya seperti kawanan mangsa yang bisa dikalikan angka-angka. Wajah atasnama ditampilkan : atasnama bangsa, atasnama agama, atasnama masyarakat, atasnama LSM, atasnama anak yatim, atasnama ideologi, atasnama konstitusi, dan seabrek atasnama lainnya.

Siapakah yang begitu? Boleh jadi kita sendiri. Mawas diri untuk selalu berintrospeksi adalah bagian penting dari istighfar. Laa haula wa laa quwwata illaa billah.

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur