Rabu, 18 November 2020

Tuhan Di Kebinekaan (Bagian 2)


Berusaha Realistis Terhadap Realita

Eksistensi kemajemukan sangat diakui dan dibenarkan oleh kitab suci al Quran, dan di saat yang sama kitab suci ini menyuruh kita bersikap realistis terhadap realita. Al Quran juga mengisyaratkan bahwa sikap realistis yang disertai kearifan terhadap kemajemukan merupakan salah satu tanda dari ketakwaan. 

Sebaliknya Al Quran sangat menentang sikap-sikap fanatik yang mengarah kepada pengkultusan sesama manusia. Pengkultusan rahib, pendeta, ulama, dan biksu tertentu, bahkan pengkultusan kepada para nabi sekalipun sangat dicela oleh al Quran karena amat menodai nilai-nilai tauhid (pengesaan Tuhan).

Sikap fanatik yang berlebihan terhadap tokoh (sekte atau mazhab) tertentu di internal umat seagama telah menimbulkan rusaknya rasa persaudaraan. Logikanya, jika persaudaraan seagama saja tidak bisa dipelihara, lantas bagaimana kehangatan persaudaraan antar-umat beragama bisa dibangun.

Dalam kehidupan berbangsa, khazanah kemajemukan yang dikaruniakan Tuhan itu sepatutnya disyukuri dan dijadikan modal bersinergi untuk mencapai kemajuan suatu bangsa dan hubungan antar bangsa. 

Di hadapan kita masih menggunung pekerjaan rumah di seputar persoalan rusaknya persaudaraan yang penyebab-penyebabnya bisa dikatakan irasional. Adalah irasional jika kita masih menjadikan perbedaan etnik, agama, mazhab, sekte, kultur, ormas, organisasi agama, tokoh, LSM, posisi, oposisi, dan lain sebagainya itu sebagai alasan untuk saling memusuhi.

Musuh kita sebenarnya adalah rasa permusuhan itu sendiri. Permusuhan yang disulut rasa kebencian dan hilangnya rasa kasih sayang. Permusuhan yang dipanasi oleh fanatisme ketokohan, eksklusivisme, dan kepentingan-kepentingan kelompok. Musuh kita sebenarnya adalah ucapan-ucapan kita yang menyakiti hati sesama. Musuh kita sebenarnya adalah kemungkaran dan kezaliman yang boleh jadi pelakunya diri kita sendiri. 


Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur