Senin, 16 November 2020

Iman Minta Bukti (Bag 2)

 1.  Mush’ab bin Umair

Para sejarawan menggambarkan Mush’ab bin Umair : "Seorang warga Mekah paling tampan dan harum (populer) yang jadi buah bibir gadis-gadis, cerdas dan menjadi star di tempat-tempat berkumpul, serta besar di tengah kenyamanan materi dan sangat dimanjakan oleh keluarganya. Boleh jadi tak seorang pun remaja Mekah yang seberuntung Mush’ab bin Umair.".

Pemuda ganteng ini memutuskan memilih Islam, juga Islam (Rasul saw) telah memilihnya. Mush’ab memang pemuda pilihan yang kelak para sejarawan akan selalu mengabadikan namanya dengan penuh cinta.

Ketika ibunya mengetahui bahwa Mush’ab sudah pindah keyakinan, maka murka besarlah sang bunda ini. Tapi Mush’ab begitu tegar dan malah malah membacakan ayat-ayat al-Quran di hadapan sang bunda dan keluarganya serta kaum pembesar yang saat itu sedang berkumpul di rumahnya. Konsekwensinya Mush’ab pun dikucilkan di penjara khusus oleh keluarganya.

Kehebatan mental dan kecerdasan Mush’ab pun bekerja, dan dengan muslihatnya yang piawai dia mampu meloloskan diri, kabur dari penjara itu. Selanjutnya dia ikut hijrah ke Ethiopia bersama kaum Muslim, pelarian yang amat jauh

Sungguh pengorbanan diri yang super hebat. Siapa pun yang memandang Mus’ab pasti menundukkan kepala dan memejamkan matanya sebab merasa malu oleh keagungan perjuangan dan pengorbanan Mush’ab. Sebagian sahabat tak kuasa menahan air mata kasih sayang di kala memandangi Mush’ab yang kini hanya mengenakan jubbah kumal penuh tambalan. Masih terbayang di kepala mereka ketika Mush’ab masih di lingkungan keluarganya sebagi anak remaja yang serba cukup fasilitas dan penuh kesenangan. Kini, setelah masuk Islam, penampilan Mush’ab berubah sangat lusuh begini..

Rasulullah sendiri berkomentar : “Dahulu saya melihat Mush’ab laksana tiada tandingnya dalam kesenangan dan kecukupan. Kini dia tinggalkan keluarga tercintanya demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Di suatu hari saat Mush’ab bertemu lagi dengan ibunya, sang bunda masih sangat murka dan berkata : “Enyahlah sesuka hatimu …! Aku bukan ibumu lagi”. Dengan sangat lembut Mush’ab berkata : “Ibu, sudah aku sampaikan nasihat ketuhanan kepada ibu dan aku sangat menyayangi ibu. Kumohon kepada ibu, bersaksilah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah”.Namun sang bunda masih tetap dalam keyakinan lamanya dan menjawab : “Demi bintang, samasekali aku tidak akan masuk pada agamamu itu, nanti fikiranku bisa jadi rusak dan orang-orang terkemuka tidak akan mau memandangku lagi.”

itulah pertemuan terakhir Mush’ab bin Umair dengan bunda tercintanya. Pertemuan terakhir yang berarti perpisahan antara ibu dan anak untuk selama-lamanya. Perpisahan yang sangat berat beriringkan derasnya cucuran air mata kesedihan. Mush’ab menangis karena harus berpisah dengan ibunya, dan Mush’ab menangis sebab dia merasa gagal menyelamatkan ibundanya dari keyakinan lamanya.


Bersambung ke bagian 3 ………

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur