Rabu, 04 November 2020

Bung Karno : "Kita Bangsa Besar"


 

Renungan Hari Pahlawan

Di antara kata-kata Bung Karno pada pidatonya di Hari Ulang Tahun Proklamasi ke 18 tahun 1963 :  “… Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak.”


Kata-kata Bung Karno tersebut memberikan makna yang sangat dalam sekaligus merupakan nasihat penuh hikmah untuk kita renungkan. Dari ucapan-ucapannya itu kita bisa merasakan betapa beliau  sangat mencintai negara dan bangsanya lebih dari cinta kepada dirinya sendiri.

Nasihat-nasihat penuh hikmah dari Bung Karno ini dapat kita jadikan catatan-catatan berharga yang memotivasi jiwa kita untuk terus mengabdi kepada Ibu Pertiwi.

 

1.  Kita Bangsa Yang Besar

Republik Indonesia, negara kita, adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.504 pulau. Total luas wilayahnya ± 8,3 juta km2, terdiri dari 6,4 juta km2 luas total perairan, dan 1.9 juta km2 daratan..Negeri besar ini ditinggali lebih dari 270 juta jiwa. Putera-puteri bangsa ini terdiri dari berbagai suku bangsa, disertai pula dengan multi kekayaan bahasa. agama, dan aneka-ragam budaya. Jiwa nasionalisme masyarakat bangsa yang besar ini dipersatukan oleh kearifan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika.

Begitu luas dan besarnya Negara Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Eropa Barat yang luasnya hanya ± 1,5 juta km2 tapi terbagi menjadi 11 negara. Oleh karena itu “Kita Bangsa Yang Besar” yang sepatutnya mensyukuri anugerah besar di negeri yang besar ini.

Sebagai bangsa yang besar, yang memiliki negara yang besar, maka kita wajib dan berhak menjaga negara kepulauan nusantara tercinta ini dari rongrongan-rongrongan bangsa lain yang ingin menguasainya baik secara politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

 

2.  Kita Bukan Bangsa Yang Lemah

Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dan pemberian dari bangsa manapun, juga bukan hal yang terjadi secara kebetulan. “Tuhan tidak merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mau merubahnya.” Kemerdekaan adalah hasil dari kegigihan mental-mental baja para pahlawan yang berjerih-payah dan menderita di tengah berbagai kesulitan. Indonesia adalah hasil perjuangan dan pengorbanan tulus yang  dipersembahkan putera-puteri negeri demi Ibu Pertiwi.  

 

3.  Kita Tidak Akan Mengemis

Lamanya penjajahan yang diderita negeri ini hingga 350 tahun bukan karena perkasanya pihak penjajah, akan tetapi lebih karena belum terjalinnya persatuan yang cukup kuat untuk melawan penjajah itu. Pihak penjajah juga terus-menerus memecah-belah kita, di antaranya dengan memanfaatkan para penjual harga diri yang tega mengkhianati bangsanya sendiri demi sesuap nasi. Orientasi para pengkhianat ini hanyalah perut dan toilet. Pekerjaan mereka mengemis dan mengemis.

Sebaliknya para pejuang itu adalah pemilik harga diri yang rela tersiksa di tengah-lapar, disiksa, dipenjara, dibuang, bahkan dibunuh demi kemerdekaan negeri. Merekalah guru-guru besar bagi siapapun yang ingin mempunyai pribadi yang mandiri tanpa harus mengemis dan mengejar jabatan, tanpa bersaing saling merebut kekuasaan, dan tanpa menggadaikan bangsa karena takut kekurangan.

 

4.  Kita Merdeka dan Bukan Budak

Kemungkinan terus berlanjutnya penjajahan oleh bangsa tertentu di abad ke 21 ini bukanlah hal mustahil. Tentunya penjajahan dalam bentuk lain yang disamarkan, dibungkus, dan dikemas sedemikian rupa sehingga kebanyakan orang nyaris tidak menyadarinya. Di era interaksi antar anak bangsa sudah merupakan kegiatan harian, maka peluang “penjajahan model baru” pun kian terbuka lebar.

Kolonialisme model baru akan mengandalkan persenjataan pikiran untuk merusak cara pandang orang/masyarakat terhadap kehidupan. Ketika mayoritas masyarakat suatu bangsa berhasil dijerumuskan kepada cara pandang dan mental konsumtivisme, hedonisme, feodalisme, dan sejenisnya, maka secara otomatis mereka telah menjadi objek jajahan ekonomi kaum kapitalis dan neoliberalis.

Seyogianya “merdeka” itu dimaknakan sebagai kebebasan bangsa itu sendiri dalam menentukan masa depannya  tanpa dikendalikan oleh kepentingan bangsa manapun. Kata Bung Karno, "…Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka."

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur