Selasa, 03 November 2020

Kebebasan Bukan Keliaran


Perilaku para narasumber yang mewakili pihak-pihak pada acara diskusi memberi gambaran umum tentang seperti apa aslinya masing-masing mereka itu. Pemandangan demikian kita saksikan di acara Indonesia Lawyers Club, Selasa 3 November 2020 yang bertemakan “UU ITE :  Mengancam Kebebasan Berpendapat?”.

Di acara ini dapat disimak statemen-statemen yang disampaikan para narasumber yang mewakili pemerintah dan para narasumber non-pemerintah. Menurut hemat penulis, image yang tertgambar dari keduabelah pihak narasumber ini adalah :

a.    Kesan ketidakseimbangan kualitas narasumber antara keduabelah pihak.
b.    Para narasumber berkesan emosional dalam merespon kritisisme pihak lawan
c.  Kesan sepertinya pemerintah kurang memiliki juru bicara yang kapabel/kualitatif. 
d.  Keduabelah pihak narasumber yang berkesan saling menyela pembicaraan di tengah paparan lawan hingga  memancing terjadinya debat kusir yang tidak edukatif
e.    Kesan merasa paling benar dan saling menjatuhkan satu sama lain.

 Tidak dipungkiri, di samping kesan-kesan yang terasa di atas, beberapa pakar narasumber ter-
 tentu menunjukkan kepakarannya dan memberikan pencerahan kepada masyarakat (penonton).


Kebebasan berpendapat bukan berarti menjadikan kebebasan satu pihak lebih dominan di atas kebebasan pihak lainnya yang terkurung. Kekuatan demokrasi hanya bisa dikuatkan dengan membangun kebebasan bertanggungjawab yang saling melindungi , bukan kebebasan melawan kebebasan secara liar.

Masyarakat juga tentu sangat merindukan kebebasan demokrasi mereka yang dilindungi, dikawal, dan dikuatkan oleh para wakil mereka di parlemen. Jangan sampai masyarakat memnganggap para dewan yang ada di parlemen itu mandul dan tak mewakili rakyatnya. Jika itu terjadi maka akan sangat berdampak kepada semakin besarnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap wakil-wakilnya di parlemen dan pemerintah. 

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur