Kamis, 05 November 2020

Gusdur : Pemimpin Itu Mensejahterakan

Renungan Hari Pahlawan


Kedamaian Bagian Penting Dari Kesejahteraan Rakyat

Gusdur adalah guru bangsa  yang sangat  memberikan inspirasi kepada  kita semua. Beliau  me-nyeru :: “Marilah  kita  bangun bangsa  dan  kita  hindarkan  pertikaian yang  sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi tugas  kesejahteraan kita, yang  tidak  boleh  kita lupakan samasekali.”

Gusdur pun  berkata : “Keberhasilan seorang  pemimpin diukur  dari  kemampuan mereka  dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin.”

Seruan Gusdur itu menyiratkan makna bahwa kesejahteraan suatu bangsa tidak hanya diukur dari aspek kemakmuran ekonomi saja, tetapi juga dari dinamika hubungan yang harmonis antar-sesama anak bangsa itu sendiri.

Pro-kontra, beda gagasan, dan silang pendapat di seputar pengelolaan negara itu merupakan pilar-pilar penting bagi bangsa yang menganut sistem demokrasi. Kekuasaan pemerintah yang diawasi parlemen, yang dikritisi pihak oposisi, ditambah hak rakyat dalam kebebasan berpendapat pun semakin menegaskan bahwa kita serius membangun demokrasi di negera kita.

Berbeda pendapat adalah alamiah, tetapi jangan sampai menyebabkan masyarakat kita terpolarisasi dan bertikai karena hal itu hanya akan merugikan bangsa sendiri. Kemakmuran yang dipenuhi pertikaian dan pertengkaran bukanlah kesejahteraan.

Rakyat hanya ingin melihat gaya komunikasi para elit pemimpin (posisi dan oposisi) di negerinya itu tetap kritis tapi elegan. Sebaliknya jangan sampai rakyat menilai bahwa kelompok para penyampai kritik itu sekedar bertujuan untuk mengejar kepentingan electoral dan/atau untuk tujuan menjatuhkan pihak-pihak lawan yang dikritisi.

Rakyat hanya ingin melihat sikap pihak penguasa dalam merespon dan mengakomodir kritik betul-betul mereperesentasikan bahwa mereka adalah penguasa kapabel yang pantas dipilih rakyatnya. Bukan malah sebaliknya, yang dilihat rakyat hanyalah penguasa yang merespon kritik dengan panik, marah, mengesankan ketidakmampuan kerja, ketidakjujuran, atau bahkan memperlihatkan sikap takut kehilangan kekuasaan;

Rakyat sangat merisaukan tidak maksimalnya fungsi dan peranan pengawasan parlemen terhadap eksekutif. Parlemen sepatutnya lebih mewakili dan berpihak kepada rakyat, bukan hanya berkiblat kepada partainya, golongannya, atau bahkan hanya mampu mangut-mangut di hadapan penguasa.

Kerisauan masih berkecamuk sehubungan kebebasan berpendapat sebagai hak rakyat yang dijamin undang-undang, sementara di lapangan rakyat masih melihat orang-orang kritis yang terpaksa harus menerima resiko akibat kritisisme yang mereka sampaikan.

Pemenuhan hak-hak bicara rakyat, harmonisnya komunikasi kritis antara penyelenggara negara dengan oposisi, kepercayaan publik kepada media-media mainstream, kearifan respon para juru bicara pemerintah, maksimalnya fungsi pengawasan parlemen, dan tidak terbumgkamnya mulut tokoh-tokoh penyuara masyarakat, itu semua merupakan starter awal kesejahteraan bangsa. 

Kesejahteraan non-ekonomi dalam bentuk seperti di atas lebih utama dan lebih berharga dibanding hanya kesejahteraan ekonomi semata. Sebab rakyat adalah orang (manusia) bukan barang. Apakah kesejahteraan model ini dapat diwujudkan atau tidak, semuanya merupakan tanggungjawab pemimpin yang sedang diberi amanah.

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur