"Takutlah kalian kepada doa orang yang didzalimi, karena antara dia dengan Allah tiada penghalang." H.R. Imam Bukhari.
Orang-orang yang beriman meyakini kebenaran sabda-sabda nabi Muhammad saw dan para nabi sebelumnya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman tidak akan mempercayainya.
Terlepas dari percaya atau tidak, fakta-fakta akan secara obyektif menunjukkan pembuktian. Dalil mana lagi yang lebih kuat dibanding bukti dan kenyataan?
Para sejarawan mencatatkan peristiwa-peristiwa nyata di masa lalu tentang orang-orang yang dizalimi, sekaligus menceritakan orang-orang yang menzalimi.
Semua nabi/rasul penyuara nurani disakiti dan dizalimi. Banyak pihak yang merasa terancam oleh para pembawa misi nurani ini. Mereka menganggap kehadiran para nabi dan rasul bakal merusak posisi bisnis, keuntungan ekonomi, pengaruh, dan posisi politik yang sudah mereka dapatkan.
Pihak-pihak yang memusuhi para nabi dan rasul terdiri dari berbagai kalangan, ada keluarga, saudara, teman, tetangga, tokoh tradisi, tokoh intelektual, tokoh politik, hingga para penguasa. Karena merasa kepentingan mereka terancam, maka mereka berusaha menghalangi gerak langkah para nabi. Fitnah, berita hoaks, pengusiran, penyiksaan, pemenjaraan, teror, dan percobaan-percobaan pembunuhan pun mereka ikhtiarkan.
Pada faktanya, sekarang, sejarah mencatatkan dan kenyataan membuktikan bahwa yang menuai pujian, empati, simpati, dan kecintaan adalah para nabi dan rasul yang selalu disakiti dan dizalimi itu. Sebaliknya kepada para pihak yang menzalimi hanyalah cercaan dan kehinaan. Fakta-fakta telah menegaskan bahwa nurani dan para penyuara nurani itu abadi.
Di hari-hari ini pun kita menyimak berbagai kejadian khusus tentang orang-orang yang menjadi korban kezaliman. Fakta-fakta pun membuktikan bagaimana orang-orang yang dizalimi memanen empati, simpati, menjadi idola publik, dan dicintai khalayak masyarakat. Itu semua menjadi bukti bahwa Allah berpihak kepada para pejuang nurani dan mengabulkan doa orang-orang yang dizalimi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar