Jumat, 13 November 2020

Hati Hanya Mencari Hati

Nurani Tidak Bisa Dibohongi


Di mana-mana semakin semarak pertunjukan massa yang mengekspresikan cinta dan kepercayaan kepada tokoh-tokoh yang dinilai tulus dan lurus. Mereka memberikan dukungan moral, material, waktu, fikiran, tenaga, dan apapun yang bisa mereka korbankan demi tokoh tersebut. 

Aksi-aksi simpatik yang mereka tunjukkan itupun sekaligus sebagai pertunjukkan ekspresi kekecewaan dan ketidakpercayaan mereka kepada tokoh-tokoh lain (pejabat, pemimpin, dsb) yang menurut mereka tidak amanah dan dianggap tidak berpihak kepada rasa keadilan.

Boleh jadi,dukungan moral atas aksi-aksi mereka ini akan mengalr semakin deras diberikan oleh mayoritas masyarakat pada umumnya. Terlepas apakah aksi-aksi itu berorientasi politis atau moral, bagi sebagian masyarakat bukanlah patokan. Mungkin saja sebagian besar masyarakat merasa aksi-aksi massa itu telah mewakili uneg-uneg sekaligus harapan, ya ... harapan 

Bisa jadi ketika rakyat menganggap rasa keadilan sudah dipermainkan, kepercayaan tak tahu lagi kemana harus dialamatkan, maka harapanlah yang menjadi satu-satunya alasan tersisa bagi masyarakat. Dengan harapan itu "pohon semangat" yang tadinya sudah layu dan nyaris lumpuh  kini serasa tersirami dan tumbuh subur kembali.

Masyarakat merasakan keberadaan para pemimpinnya dengan menggunakan nurani. Melalui nurani itu pula para pemimpin dinilai oleh rakyat. Apabila pemimpin sudah dianggap tidak bisa lagi mewakili nurani, maka rakyat pun akan segera mencari tokoh-tokoh yang dirasakan bisa mewakili nurani itu.

Nurani Memang Tidak Bisa Dibohongi, dan Hati Hanya Akan Mencari Hati.

Tidak ada komentar:

Indonesia Harus Damai

Kunci Surga Yang Tertukar (?)

Sumber Gambar : Grid Kids-Grid.Id. Ketika mulut mengucapkan "tiada ilaah kecuali Allah", pada saat yang sama hati harus membuktika...

Gusdur